Minggu, 12 Desember 2010

~Marhaban..... Shaum 'Asyura'....!!~

Para pembaca yang semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Alhamdulillah, saat ini kita sedang berada di bulan Muharram. Suatu bulan yang agung dan mulia, bulan yang terdapat di dalamnya suatu kejadian yang merupakan salah satu bukti dari kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala.

Pada salah satu hari di bulan ini Allah subhanahu wa ta’ala telah menyelamatkan Nabi Musa ‘alaihis salam dan kaumnya dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya):

“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” (Al Baqarah: 50)

Peristiwa yang besar tersebut terjadi pada tanggal 10 Muharram, maka sebagai wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala, Nabiyullah Musa ‘alaihis salam bershaum pada hari tersebut. Shaum ‘Asyura’ sendiri telah dilaksanakan oleh kaum Quraisy di masa jahiliyyah sebagaimana hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha:

“Dahulu Kaum Quraisy di masa jahiliyyah bershaum (berpuasa) pada hari ‘Asyura’ dan Rasulullah juga berpuasa pada hari tersebut.” (HR. Al Bukhari no. 3544)

Begitu pula dengan bangsa Yahudi, mereka telah melaksanakan puasa ‘Asyura’. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah dan tiba di Madinah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapati orang-orang Yahudi telah melaksanakan shaum pada hari tersebut.

Diriwayatkan dari shahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu,

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura’. Kemudian mereka ditanya (tentang puasa mereka tersebut), Maka mereka menjawab: “Ini merupakan hari yang Allah memenangkan Musa dan bani Israil atas Fir’aun. Dan kami bershaum (berpuasa) pada hari ini untuk mengagungkannya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kami lebih berhak terhadap Musa dari pada kalian.” Lalu beliau memerintahkan kaum muslimin untuk bershaum pada hari tersebut.” (HR. Al Bukhari no. 3649)
Hukum Shaum ‘Asyura’
 
Pada permulaan hijrah ke Madinah kaum muslimin diwajibkan untuk berpuasa ‘Asyura’, sebagaimana hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu di atas ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapati bangsa Yahudi melaksanakan shaum ‘Asyura’:

نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ ثُمَّ أَمَرَ بِصَوْمِهِ

“Kami lebih berhak terhadap Musa dari pada kalian”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan (kaum muslimin) untuk bershaum pada hari tersebut.
Dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Bukhari dari shahabat Salamah bin Al Akwa’ radhiyallahu ‘anhu:

أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا مِنْ أَسْلَمَ أَنْ أَذِّنْ فِي النَّاسِ أَنَّ مَنْ كَانَ أَكَلَ فَلْيَصُمْ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ لَمْ يَكُنْ أَكَلَ فَلْيَصُمْ فَإِنَّ الْيَوْمَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seorang laki-laki dari bani Aslam untuk mengumumkan kepada manusia: “Bahwa barangsiapa yang telah makan maka hendaknya dia bershaum pada sisa hari tersebut, dan barangsiapa yang belum makan maka hendaknya dia bershaum karena hari ini adalah hari ‘Asyura’.” (HR. Al Bukhari no. 1790)
Kemudian kewajiban tersebut dihapus dengan turunnya perintah shaum Ramadhan sebagaimana ditegaskan di dalam hadits Abdullah bin Umarradhiyallahu ‘anhu:

صَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تُرِكَ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shaum ‘Asyura’ dan juga memerintahkan kaum muslimin untuk bershaum pada hari tersebut. maka ketika shaum Ramadhan diwajibkan, shaum ‘Asyura’ ditinggalkan.” (HR. Al Bukhari no. 1759)

dan juga sebagaimana di kabarkan di dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ

“Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kaum muslimin untuk bershaum pada hari ‘Asyura’. Namun ketika diwajibkan shaum Ramadhan, maka boleh berpuasa (’asyura’) bagi yang menghendakinya, dan boleh juga tidak berpuasa bagi siapa yang menghendaki.” (HR. Al Bukhari no. 1861)
dalam riwayat yang lain:

فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ كَانَ رَمَضَانُ الْفَرِيضَةَ وَتُرِكَ عَاشُورَاءُ فَكَانَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ لَمْ يَصُمْهُ

“Maka ketika turun perintah shaum Ramadhan, maka shaum Ramadhan menjadi suatu kewajiban dan ditinggalkan (kewajiban) shaum ‘Asyura’. maka boleh berpuasa (’asyura’) bagi yang menghendakinya, dan boleh juga tidak berpuasa.”

Berdasarkan hadits-hadits di atas, puasa ‘Asyura’ tidak lagi wajib dengan datangnya kewajiban puasa di bulan Ramadhan. Akan tetapi, tetap disyariatkan shaum ‘Asyura’ dan hukumnya mustahab (sunnah).

Keutamaan shaum ‘Asyura’

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang keutamaan shaum ‘Asyura’, beliau bersabda:

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

“(Shaum ‘Asyura’ itu dapat) menghapuskan dosa-dosa tahun yang lalu.” (HR. Muslim no.1162, dari shahabat Abu Qatadah Al Anshary radhiyallahu ‘anhu)

Para ulama mengatakan bahwa yang dihapus adalah dosa-dosa yang kecil. Adapun dosa-dosa besar, maka tidak bisa dihapus kecuali pelakunya bertaubat.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya): “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (An Nisaa’: 31)

Kapan Puasa ‘Asyura’ dilaksanakan?
Puasa ‘Asyura’ dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram, hanya saja setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui hari tersebut adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nashara, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk menyelisihi mereka, yaitu dengan mengiringi shaum ‘Asyura’ dengan shaum sehari sebelumnya (tanggal 9 Muharram). sebagaimana hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu:

حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shaum (berpuasa) pada hari ‘Asyura’ dan memerintahkan kaum muslimin untuk bershaum (’Asyura’), mereka mengatakan: “Wahai Rasulullah sesungguhnya hari ‘Asyura’ (10 Muharram) adalah hari yang diagungkan oleh bangsa Yahudi dan Nashara.” maka berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jika pada tahun yang akan datang insya Allah kita akan bershaum hari ke-9, dan belum datang tahun berikutnya, kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat.” (HR. Muslim no.1916)

Di dalam riwayat yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ

“Jika aku masih hidup sampai tahun yang akan datang, sungguh aku akan bershaum pada hari ke-9 (Muharram).” (HR. Muslim no. 1134, dari shahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu)

Perintah untuk menyelisihi Yahudi di dalam tata cara shaum ‘Asyura’ juga ditegaskan di dalam hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu:

صُومُوا التَّاسِعَ وَالعَاشِرَوَخَالِفُوا الْيَهُودَ

“Bershaumlah kalian pada hari ke-9 dan ke-10 (Muharram) dan selisihilah Yahudi”.(HR. Al Baihaqi 4/287)

Adapun hadits yang menyatakan tentang shaum sehari sebelum atau sehari setelah hari ‘Asyura’, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad:

صُومُوا يَوْماً قَبْلَهُ أَوْ يَوْماًً بَعْدَهُ خَالِفُوا الْيَهُودَ

“Bershaumlah kalian sehari sebelumnya (tanggal 9 Muharram) atau sehari sesudahnya (tanggal 11 Muharram), selisihilah Yahudi.”

Maka hadits tersebut diperselisihkan keshahihannya oleh para ulama, adapun Asy Syaikh Al Albani melemahkan hadits tersebut.

Sehingga tata cara shaum ‘Asyura’ adalah shaum pada hari ke-10 Muharram dan yang afdhal (utama) adalah pada hari ke-9 dan ke-10 Muharram, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ

“Jika aku masih hidup sampai tahun yang akan datang sungguh aku akan bershaum pada hari ke-9 (Muharram)”.(HR. Muslim no. 1134, dari shahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu).
Sehingga pelaksanaan shaum ‘Asyura’ adalah sebagai berikut :

1. tanggal 10 Muharram saja, atau

2. tanggal 9 dan 10 Muharram, atau

3. tanggal 10 dan 11 Muharram.

Ada yang berpendapat bahwa berpuasa tanggal 9,10, dan 11 Muharram, namun yang lebih utama dari itu semua adalah berpuasa pada tanggal 9 Muharram dan 10 Muharram.

Wallahu a’lam

(lihat Majmu’ Fatawa Asy Syaikh bin Baz dan Majmu’ Fatawa Asy Syaikh Ibnu ‘Utsaimin)

Penutup

Para pembaca yang mulia, hendaklah kesempatan yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada kita dengan menjumpai bulan Muharram ini dipergunakan sebaik-baiknya, amalan shalih berupa shaum ‘Asyura’ kita laksanakan hanya dengan mengharap pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala semata.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menerima amalan kita dan menjadikannya sebagai timbangan kebaikan kita di hari kiamat.

-Amin Ya Rabbal ‘Alamin-



Sumber: http://www.assalafy.org/mahad/?p=439#more-439

Kamis, 09 Desember 2010

~Keluhan Orang yang Berilmu dan yang Jahil~

Al Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah

Seorang jahil (orang yang bodoh) akan mengeluhkan (mengadukan) Allah kepada manusia. Ini adalah puncaknya kebodohan akan siapa yang dikeluhkan dan siapa yang disampaikan keluhan kepadanya. Jika dia mengenal Rabbnya, dia tentu tidak akan mengeluhkan-Nya. Dan jika dia mengetahui manusia, dia tentu tidak akan mengeluh kepada mereka. Sebagian salaf (generasi terdahulu) melihat seseorang yang mengeluhkan kekurangan dan kebutuhannya kepada orang lain. Maka dia (salaf) berkata, “wahai orang ini, Demi Allah, engkau hanyalah mengadukan (Dzat) Yang merahmatimu kepada orang yang tidak merahmatimu.”

Tentang hal ini, dikatakan dalam syair,

وَإِذاَ شَكَوْتَ إِلَى ابْنِ آدَمَ إِنَّماَ تَشْكُو الرَّحِيْمَ إِلَى الَّذِي لاَ يَرْحَمُ

"Jika engkau mengeluh kepada anak adam, sesungguhnya kau keluhkan Ar Rahiim (Allah Yang Maha Penyayang) kepada yang tidak menyayangi"

Seorang ‘arif (yang mengenal Allah), hanya akan mengeluh kepada Allah saja. Dan orang yang paling ‘arif adalah orang yang menjadikan pengaduannya kepada Allah disebabkan karena dirinya bukan karena manusia. Sehingga dia mengeluhkan atau mengadukan penyebab penguasaan manusia atas dirinya. Dia melihat kepada firman Allah


وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ


“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (asy Syura: 30)


Dan firman-Nya,

وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

“Dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (An Nisaa: 79)

Dan firman-Nya,

أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata, Darimana datangnya (kekalahan) ini? Katakanlah, Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (Ali ‘Imron: 165)
Maka berarti ada tiga tingkatan,

Paling rendah, engkau mengadukan Allah kepada makhluk.
Paling tinggi, engkau mengadukan dirimu kepada-Nya.
Dan yang pertengahan, engkau mengadukan makhluk-Nya kepada-Nya.


[Dinukil dari kitab Al Fawa`id karya Al Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah Rahimahullah, hal. 85, cet. Darul Aqidah]



Wallohu ta'ala 'alam

Posted by Admin Sunniy Salafy, di terbitkan ulang oleh Abu Affan di ambil dari Offline Blog Sunniy Salafy versi 10.10

Jumat, 03 Desember 2010

Kehidupan Sehari-Hari Yang Islami


Oleh: Syaikh Abdullah bin Jaarullah bin Ibrahim Al-Jaarullah

Saudaraku.... Dengan penuh pengharapan bahwa kebahagian dunia dan akhirat yang akan kita dapatkan, maka kami sampaikan risalah yang berisikan pertanyaan-pertanyaan ini kehadapan anda untuk direnungkan dan di jawab dengan perbuatan.

Pertanyaan-pertanyaan ini sengaja kami angkat kehadapan anda dengan harapan yang tulus dan cinta karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala , supaya kita bisa mengambil mannfaat dan faedah yang banyak darinya, disamping itu sebagai bahan kajian untuk melihat diri kita, sudah sejauh mana dan ada dimana posisinya selama ini.

Apakah anda selalu shalat Fajar berjama'ah di masjid setiap hari .?



Apakah anda selalu menjaga Shalat yang lima waktu di masjid .?



Apakah anda hari ini membaca Al-Qur'an .?



Apakah anda rutin membaca Dzikir setelah selesai melaksanakan Shalat wajib .?



Apakah anda selalu menjaga Shalat sunnah Rawatib sebelum dan sesudah Shalat wajib .?



Apakah anda (hari ini) Khusyu dalam Shalat, menghayati apa yang anda baca .? Apakah anda (hari ini) mengingat Mati dan Kubur .?



Apakah anda (hari ini) mengingat hari Kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya .?



Apakah anda telah memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebanyak tiga kali, agar memasukkan anda ke dalam Surga .? Maka sesungguhnya barang siapa yang memohon demikian, Surga berkata :"Wahai Allah Subhanahu Wa Ta'ala masukkanlah ia ke dalam Surga".



Apakah anda telah meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali .? Maka sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata :"Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka". Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya :"Barangsiapa yang memohon Surga kepada Allah sebanyak tiga kali, Surga berkata :"Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam Surga. Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata :"Wahai Allah selamatkanlah ia dari neraka". [Hadits Riwayat Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami No. 911. Jilid 6]



Apakah anda (hari ini) membaca hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .?



Apakah anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik .?



Apakah anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau .?



Apakah anda (hari ini) menangis karena takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala .?



Apakah anda selalu membaca Dzikir pagi dan sore hari .?



Apakah anda (hari ini) telah memohon ampunan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas dosa-dosa (yang engkau perbuat -pen) .?



Apakah anda telah memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan benar untuk mati Syahid .? Karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda yang artinya :"Barangsiapa yang memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan benar untuk mati syahid, maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal di atas tempat tidur". [Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al-Hakim dan ia menshahihkannya]



Apakah anda telah berdo'a kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar ia menetapkan hati anda atas agama-Nya. ?



Apakah anda telah mengambil kesempatan untuk berdo'a kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala di waktu-waktu yang mustajab .?



Apakah anda telah membeli buku-buku agama Islam untuk memahami agama .? [Tentu dengan memilih buku-buku yang sesuai dengan pemahaman yang dipahami oleh para Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , karena banyak juga buku-buku Islam yang tersebar di pasaran justru merusak pemahaman Islam yang benar, pent]



Apakah anda telah memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk saudara-saudara mukminin dan mukminah .? Karena setiap mendo'akan mereka anda akan mendapat kebajikan pula.



Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu Wa Ta'ala (dan bersyukur kepada-Nya, pent) atas nikmat Islam .?



Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya .?



Apakah anda hari-hari ini telah bersedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya .?



Apakah anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi, dan berusaha untuk marah karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala saja .?



Apakah anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri .?



Apakah anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala .?



Apakah anda telah menda'wahi keluarga, saudara-saudara, tetangga, dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri anda .?



Apakah anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua .?



Apakah anda mengucapkan "Innaa Lillahi wa innaa ilaihi raji'uun" jika mendapatkan musibah .?



Apakah anda hari ini mengucapkan do'a ini : " Allahumma inii a'uudubika an usyrika bika wa anaa a'lamu wastagfiruka limaa la'alamu = Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui". Barangsiapa yang mengucapkan yang demikian, Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. [Lihat Shahih Al-Jami' No. 3625]



Apakah anda berbuat baik kepada tetangga .?



Apakah anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad, dan dengki .?



Apakah anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya .?



Apakah anda takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam hal penghasilan, makanan dan minuman, serta pakaian .?



Apakah anda selalu bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan taubat yang sebenar-benarnya di segala waktu atas segala dosa dan kesalahan .?



Saudaraku .. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan, agar kita menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat, insya Allah.


[Risalah ini dinukilkan dari buku saku Zaad Al-Muslim Al-Yaumi (Bekalan Muslim Sehari-hari) hal. 51 - 55, bab Hayatu Yaumi Islami yang diambil dari kitab Al-Wabil Ash-Shoyyib oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah, Penerjmeah Fariq Gasim Anuz] 

copas langsung dari catatan ustadz Khairullah ni link notenya Kehidupan Sehari-Hari Yang Islami

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes